Kaltimminutes.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda mengambil langkah besar dalam reformasi digital pemerintahan dengan mempercepat target implementasi sistem berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI). Target awal yang semula direncanakan rampung pada tahun 2030, kini dipangkas menjadi 2028.
Percepatan ini disampaikan langsung oleh Wali Kota Samarinda, Andi Harun, dalam acara Paparan Progres Transformasi Digital Kota Samarinda & Workshop Artificial Intelligence di Hotel Mercure, Jalan Mulawarman, pada Senin (10/6/2025).
“Kalau dari sisi kebutuhan, kesiapan SDM, dan dukungan APBD, saya kira tidak harus tunggu 2030. Saya ingin tahun 2028 sudah bisa kita launching sistem AI ini secara penuh,” ujar Andi Harun di hadapan peserta workshop yang dihadiri kalangan birokrasi dan pakar teknologi.
Andi Harun menyebut bahwa langkah percepatan ini bukan sekadar ambisi teknologi, melainkan kebutuhan nyata dalam menghadapi tantangan tata kelola pemerintahan modern yang menuntut ketepatan data, efisiensi anggaran, dan transparansi publik.
“Selama ini banyak program pemerintah disusun berdasarkan dokumen administratif yang tidak mencerminkan realitas di lapangan. Akibatnya, APBD sering kali boros dan program tidak tepat sasaran. Dengan AI, semua data bisa divalidasi secara real-time. Kita bisa tahu mana perangkat daerah yang efektif, dan mana yang harus dievaluasi,” tambahnya.
Andi Harun juga menegaskan bahwa penggunaan AI bukan untuk menggantikan manusia, melainkan mendukung kualitas kerja aparatur sipil negara. Oleh sebab itu, Pemkot akan menempatkan operator AI di setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan mewajibkan para kepala dinas memahami serta menguasai teknologi ini.
“AI bukan lebih pintar dari kita. Justru AI membutuhkan manusia yang unggul. Kita yang harus belajar, menyesuaikan diri, dan meng-upgrade kemampuan agar teknologi ini bisa benar-benar berdampak,” tegas Andi Harun.
Salah satu bentuk konkret dari inisiatif ini adalah pengembangan sistem bernama samarinda.ai, sebuah platform digital yang akan mengolah dan menganalisis berbagai data kota secara terintegrasi. Sistem ini sudah mulai menguji data dari laporan warga melalui 112, angka stunting, kemiskinan, serta kepegawaian.
Ahli teknologi informasi, Ainun Najib, yang hadir sebagai pembicara utama dalam workshop tersebut, mengapresiasi langkah progresif Pemkot Samarinda. Ia menyebut bahwa AI bukan hanya membutuhkan data dalam jumlah besar (big data), tetapi juga dalam ragam yang kaya (data diversity).
“Banyak yang salah kaprah mengira AI hanya soal volume data. Yang lebih penting justru variasinya. Data yang beragam memberikan konteks yang kuat dalam pengambilan keputusan berbasis AI,” jelas Ainun.
Lebih jauh, ia mengungkapkan bahwa Samarinda telah menyusun roadmap AI yang mengadopsi model Estonia dan Singapura dua negara yang dikenal sukses dalam mengimplementasikan sistem digital pemerintahan. Jika konsisten dan serius, Ainun yakin Samarinda bisa menjadi kota pelopor dalam pemanfaatan AI di tingkat daerah di Indonesia.
“AI bisa menjadi alat pemberdayaan luar biasa. Siapa yang lebih cepat belajar dan menerapkannya, dialah yang akan lebih unggul,” tandasnya.
(Redaksi)