Scroll untuk baca artikel
Ringan

Bukan Martabak Anak Jokowi, Ini Martabak Kareh yang Viral Lebih Dulu di Kutai Kartanegara

323
×

Bukan Martabak Anak Jokowi, Ini Martabak Kareh yang Viral Lebih Dulu di Kutai Kartanegara

Sebarkan artikel ini

 

Tempuh jarak 39 km, sekitar 1 jam 2 menit dari pusat Kota Samarinda (versi google map), tim redaksi dua media online di Kaltim, Diksi.co dan Kaltimminutes.co, berangkat ke salah satu kuliner viral di kabupaten penyangga ibu kota negara (IKN). 

Example 300x600

Martabak Kareh Loa Tebu H. Baen – Sering Dikunjungi Bupati hingga Kerap Dipesan Awang Faroek 

“Baru saja pak Edi (Bupati Kukar) makan di sini. Kalian selisih,” ujar Inni Wahyuni pemilik rumah makan Martabak Kareh Loa Tebu, H. Baen, Rabu (17/3/2020). 

 

Liputan Kolaborasi Diksi.co dan Kaltimminutes.co

 

\\\\\\\\\\\\

 

Kaltimminutes.co, Kutai Kartanegara – Tempuh jarak 39 km, sekitar 1 jam 2 menit dari pusat Kota Samarinda (versi google map), tim redaksi dua media online di Kaltim, Diksi.co dan Kaltimminutes.co, berangkat ke salah satu kuliner viral di kabupaten penyangga ibu kota negara (IKN).

Ramai dibicarakan, terlebih di Instagram, jadi alasan awak redaksi kunjungi langsung Martabak Kareh Loa Tebu, Kukar.

Kamera, alat tulis, dan uang saku secukupnya jadi modal. Tepat pukul 15.45 Wita lebih sedikit, awak redaksi berangkat.

Masuk ke kabupaten Kukar, lokasi rumah makan Martabak Kareh Loa Tebu H. Baen pun tak begitu sulit ditemui. Tim redaksi sempat bertanya ke satu warga lokal, sebelum akhirnya bisa injakkan kaki pertama kali di rumah makan milik suami istri, Inni Wahyuni dan Arbain itu.

“Lokasinya di sebelah kanan. Kalau ada masjid, tak jauh dari situ, Sekitar 20 meter. Kemudian ada papan namanya, tertulis Martabak H. Baen,” ujar salah satu warga lokal yang ditemui tim redaksi di perjalanan.

Benar saja, beberapa meter dari Masjid Baiturrahman, Loa Tebu, Kukar, tim redaksi dengan mudah menemukan lokasi rumah makan.

Beberapa mobil tampak sudah terparkir. Satu petugas parkir pun sudah langsung arahkan kendaraan tim redaksi untuk segera parkir di lokasi yang cukup luas.

Sementara untuk lokasi rumah makannya, berada masuk ke dalam. Berada dekat dengan sungai.

Kesan seperti rumah-rumah adat kerajaan pun tampak. Dua buah meja dan dua buah payung besar yang menutupi meja makan langsung terlihat. Setelah itu, ada meja kasir, kemudian meja untuk pengunjung yang sudah tersusun rapi. Bangunan didominasi kayu. Tiba di sore hari, membuat suasana saat itu sejuk. Angin terasa semilir, apalagi lokasinya yang selemparan batu dari sungai mengalir.

Pengunjung biss menikmati langsung aliran sungai sembari menyantap makanan.

 

Lokasinya, bisa dilihat seperti di sini: 

 

“Ini, mas-nya yang kemarin ingin wawancara, ya? Silakan, dipesan dulu,”ujar Inni Wahyuni ramah, saat pertama kali bertemu awak redaksi.

Tiba sekitar pukul 17.00 Wita, tim redaksi kurang beruntung. Pasalnya, salah satu menu andalan, yakni menu Martabak Kareh Daging Sapi keburu habis. Alhasil, saat itu, awak redaksi hanya memesan satu menu andalah lain, Martabak Kareh Ayam. Menu Rawon, sudah terlalu biasa, sehingga urung awak redaksi pesan. Sementara untuk Nasi Samin, tim redaksi bukan orang Arab, sehingga juga urung memesan. Tak terlalu doyan.

Tak mau hanya menunggu, redaksi pun sedikit maksa. Melihat langsung proses pembuatan Martabak Kareh.

Ijin ke dapur, ternyata diperbolahkan. Di sini, redaksi bertemu dengan Darma, anak lelaki pasangan Inni Wahyuni- Arbain, yang sekaligus juga menjadi koki rumah makan itu.

Untuk kareh dari martabak, saat itu sudah tersiap. Darma hanya tinggal menuangkan ayam dan kareh di satu mangkok, ukuran mangkok bakso. Redaksi hanya melihat proses pembuatan martabak yang dilakukan. Prosesnya pun biasa, seperti martabak pada umumnya. Loyang besi besar digunakan. Yang berbeda hanya di proses akhir.

Jika untuk martabak biasa, disajikan utuh, untuk Martabak Kareh H. Baen tidaklah demikian. Martabak kemudian dicacah kecil, untuk kemudian dipindah ke piring. Terakhir, potongan kerupuk melinjo ditabur  di atasnya.

Per penyajian, pengunjung bakal dapatkan tiga sajian. Pertama adalah piring untuk martabah yang telah dicacah, satu magkok ayam lengkap dengan karenya, dan terakhir adalah piring kecil berisi asinan (ada potongan timun serta Lombok kecil). Kecap dan sambal, sudah tersaji di meja makan.

“Ini makan dulu atau wawancara?” ujar Darma.

“Makan dulu saja, “ ujar awak redaksi.

 

Ini penampakan sajinnya: 

Ini penampakan sang pemilik (yang di tengah itu awak redaksi) 

 

Sering dipesan Awang Faroek dan Kerap Dikunjungi Bupati 

Usai makan dan kenyang, wawancara pun redaksi lakukan. Inni Wahyuni dan Arbain saat itu tampak malu-malu, Entah karena jarang dikunjungi jurnalis atau tak biasa diwawancara.

“Sudah mulai usaha di sini sejak tahun 200an. Ini rumah sendiri,” kata Inni Wahyuni memulai obrolan di meja makan.

Untuk pengunjung  ia akui memang kerap dikunjungi dari luar Tenggarong. Meskipun banyak pula warga lokal yang datang.

“Iya, memang ada yang datang dari Samarinda. Kalau Samarinda, itu mungkin tiap hari ada. Kemudian ada juga yang dari Balikpapan,” katanya.

Orang besar/ pejabat pun juga kerap datang. Bahkan, di hari wawancara itu, redaksi berselisih tiba dengan Bupati Kukar, Edi Damansyah. Saat redaksi datang, Edi keburu pulang.

“Iya, pak Bupati baru saja dari sini,” katanya.

Pun demikian dengan mantan Gubernur Kaltim, Awang Faroek Ishak (AFI). Arbain sebut, seringkali memesan Martabak Kareh miliknya.

“Ya, sering juga pak Awang Pesan. Melalui adiknya. Ada untuk acara, ada yang memang pesan untuk pribadi,” katanya.

Dalam sehari, Inni Wahyuni dan Arbain sebut mereka bisa habiskan sekitar 300 – 350 porsi Martabak Kareh.

Itu belum termasuk dengan menu lain, seperti Rawon dan Nasi Samin.

“Itu kalua waktu puncak. Kadang ramai saat pagi hari, ketika baru selesai ada kegiatan gowes atau car free day, biasanya banyak yang ke sini,” ujarnya.

Sementara untuk bahan baku, tak sulit ia dapatkan, karena dibeli langsung dari pasar lokal.

Untuk pegawai, Inni Wahyuni dan Arbain pekerjakan sekitar 7 orang. Mereka termasuk pula keluarga (anak dan keponakan). Kalau saat waktu penuh, seperti Sabtu dan Minggu, warga lokal mereka berdayakan untuk menjadi freelance.

“Kalau penuh, biasanya ada 13 orang pegawai yang stand by,” ujar Inni.

 

Kenapa Viral, Kenapa Ramai? 

Tak sengaja. Itulah jawaban dari pertanyaan di atas.

Penasaran redakasi pun terjawab. Ini terkait mengapa Martabak Kareh Loa Tebu bisa begitu viral hingga gaungnya juga sampai ke Samarinda hingga Balikpapan.

Medsos yang jadi faktor. Hanya dengan mengetik Martabak Kareh Loa Tebu di Instagram, anda sudah bisa menemukan gambar pengunjung beserta menu yang ditawarkan Martabak Kareh Loa Tebu itu.

Diwawancara sambal sesekali tertawa, Inni Wahyuni dan Arbain akhirnya buka suara terkait pendapatnya mengapa rumah makan itu jadi viral belakangan ini.

Semua dimulai 2 tahun lalu. Saat itu, rumah makan Martabak Kareh Loa Tebu masih miliki area rumah makan di pinggir jalan. Tepat di samping aspal jalanan, bukan menjorok masuk ke dalam hingga berada dekat dengan aliran Sungai Mahakam.

“Sepertinya ini (viral) karena kami mulai buka area makan di dekat sungai. Padahal, awalnya itu tak sengaja. Waktu itu, suami saya mau buat tempat jemuran di belakang rumah. Karena terlalu besar untuk tempat jemuran, akhirnya kami putuskan untuk jadi lokasi baru pengunjung untuk makan. Awalnya hanya dua meja saja,” katanya.

Tak disangka, lokasi meja makan yang berdampingan dengan Sungai Mahakam itu, justru diburu. Pengunjung malah berebut untuk bisa menikmati Martabak Kareh di lokasi yang menjorok masuk ke belakang, sehingga bisa melihat langsung aliran sungai.

“Iya, pengunjung malah ingin makan di belakang. Katanya mau lihat sungai. Mereka berfoto-foto. Itu yang mungkin tersebar. Akhirnya dari satu tempat itu, kami putuskan untuk memperlebar lagi. Kami beli tanah di samping rumah, kemudian kami perluas area lokasi meja yang berdekatan dengan sungai,” kata Inni.

 

Ini Spotnya

Hasilnya, saat ini, lokasi rumah makan Martabak Kareh Loa Tebu itu makin eksis dengan spot aliran sungai Mahakam.

Area depan, justru tak terpakai lagi.

“Ya kami bersyukur bisa ramai,” kata Inni.

Tak cuman spot, rasa Martabak Kareh yang nikmat di lidah juga menurut redaksi jadi alasan mengapa rumah makan ini viral.

Martabak Kare Loa Tebu ini terdiri adonan lempeng yang terbuat dari bahan tepung gandum.

Setelah itu, lempeng ini dilapisi telur yang dicampur irisan bawang bombai, bawang prei, bawang merah dan cabai hijau.

“Setiap porsinya kami beri 2 butir telur ayam, untuk saat ini memang kami hanya memakai telur ayam saja,” ungkap Damar selaku Koki sekaligus anak kandung dari H.Baen.

Kemudian, adonan ini digoreng dalam penggorengan besi yang permukaannya rata dengan dilumuri sedikit minyak hingga berwarna kecokelatan.

Adonan martabak yang sudah masak langsung disuwir-suwir, lalu disajikan dalam piring , tak lupa dalam mangkuk yang terpisah disajikan pula kuah kare dengan lauknya, yakni daging atau ayam.

Martabak Kare Loa Tebu makin mantap disajikan dengan acar dan emping.

Suapan yang akan dirasakan yakni umami. Karena saat disantap bersamaan cita rasa yang keluar yakni manis, asin, gurih, dan rasa segar yang dihasilkan dari acar yang asam.

Penasaran, silakan mencoba. Martabak Kareh Loa Tebu ini juga bisa dipesan langsung ke nomor telepon 0812 5161 7682 .

 

 

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *