Kaltimminutes.co – Festival Budaya Dayak Kenyah yang digelar di Lamin Pemung Tawai, Desa Budaya Pampang, bukan sekadar panggung tradisi tahunan. Lebih dari itu, festival yang berlangsung selama empat hari ini menjadi wujud nyata dari diplomasi budaya yang kian diperhitungkan di mata internasional.
Wali Kota Samarinda, Andi Harun, dalam sambutannya pada pembukaan festival, menyampaikan bahwa acara ini memiliki makna strategis dalam konteks global. Di tengah derasnya arus budaya luar yang masuk ke Indonesia, budaya lokal harus berdiri tegak sebagai pilar identitas sekaligus alat diplomasi.
“Festival Budaya Pampang bukan hanya selebrasi tahunan. Ini adalah deklarasi kebudayaan yang menyuarakan bahwa kita bangga menjadi bagian dari warisan Dayak Kenyah,” tegasnya.
Selama festival berlangsung, beragam pertunjukan adat ditampilkan. Mulai dari Tari Kancet Papatai, pertunjukan musik sape’ yang mendayu, hingga ritual adat Dayak yang sarat makna spiritual. Sorotan utama juga tertuju pada peluncuran Batik Pampang, motif kain khas Dayak Kenyah yang dipenuhi simbol-simbol kehidupan, filosofi alam, dan penghormatan terhadap leluhur.
Selain pertunjukan budaya, berbagai kompetisi tradisional seperti lomba menyumpit dan pameran kerajinan tangan turut diselenggarakan. Kegiatan ini tidak hanya memikat wisatawan lokal, tetapi juga menarik perhatian komunitas budaya dan pengamat internasional.
“Ini bukan sekadar melestarikan budaya, tapi mengenalkan siapa kita kepada dunia. Budaya lokal harus menjadi jangkar identitas di tengah terpaan globalisasi,” kata Andi Harun.
Lebih jauh, Pemkot Samarinda melihat potensi besar festival ini sebagai pintu pembuka hubungan antarnegara berbasis budaya. Dengan partisipasi dari tamu luar negeri, akademisi, dan pelaku industri kreatif lintas negara, festival ini diyakini akan menumbuhkan kerja sama kebudayaan yang lebih luas.
“Dengan meningkatnya partisipasi internasional, ini bisa menjadi jalan baru bagi kerja sama budaya lintas negara sekaligus mendatangkan manfaat ekonomi nyata bagi masyarakat,” imbuhnya.
Bagi generasi muda, festival ini juga membawa pesan penting: bahwa budaya bukan barang antik, melainkan bagian dari identitas masa depan.
“Globalisasi bukan untuk ditakuti, tapi dijawab dengan kebanggaan pada jati diri,” pungkas Andi Harun.
Festival Budaya Dayak Kenyah akan berlangsung hingga empat hari ke depan dan terbuka untuk umum. Pemerintah daerah berharap, momentum ini tak hanya menjadi agenda tahunan, tetapi juga menjadi landasan diplomasi budaya jangka panjang bagi Kalimantan Timur dan Indonesia secara luas.
(Redaksi)