Kaltimminutes.co, Samarinda – Sebut saja Irma, dengan menggunakan pakaian serba hitam ditutup oleh jilbab yang menutupi bagian kepalanya, perempuan yang saat ini tinggal di jalan Suryanata Samarinda, rela sejak pukul 8 pagi sudah duduk di kursi untuk menunggu namanya dipanggil.
Untuk kali pertama, dirinya antre untuk menghapus tato yang ada ditubuhnya. Dari pengakuannya, tatto tersebut ia buat sudah sekitar 7 tahun yang lalu saat masih berumur 30. Meski demikian, ibu anak satu ini bersih kukuh untuk tetap melukis salah satu bagian tubuhnya.
Rupanya tato dipunggung membuatnya merasa malu seiring keberadaan anaknya yang juga semakin dewasa. Benar saja, setelah menginjak bangku SMA, anaknya mempertanyakan hal itu.
“Iseng aja dulu buatnya biar dibilang keren, malu juga sama anak udah gede, dia juga tanya,” kata Irma saat dijumpai wartawan diksi.co di tengah antrean.
Di dalam satu ruangan berbilik, beberapa orang pun terlihat duduk menunggu antrean, Riana salah satunya. Warga Loa Janan Samarinda yang juga datang untuk menghapus tatto miliknya. Tidak hanya satu, perempuan 21 tahun itu mengaku memiliki 2 tato di tubuhnya, yakni di bagian samping telapak tangan dan sebuah tulisan memanjang tepat diatas dada.
Sedikit berbeda dengan Irma, Riana memilih menghapus tato dengan dalih karena agama dan tekanan sosial. Setelah 4 tahun, ia mengaku menyesal dengan perbuatan yang dilakukannya.
Pertama kali mencoba, sewaktu masih bolos ketika jam sekolah. Adanya pengaruh teman membuat Riana terpancing untuk menatto badannya. Hal itu juga dipermudah dengan kehadiran teman yang ternyata bisa membuat tato.
“Kalau lagi sholat ngerasa nyesal, waktu itu teman ada yang punya tato trus pengen juga, kebetulan dia bisa buat. Akhirnya, ketahuan sama orang tua dirumah, dimarahin kan kaget padahal sekolah baik-baik aja,” tuturnya.
Ratusan warga memadati sekretariat lembaga sosial kemanusiaan i-Care, di jalan A.W. Syahranie Samarinda, Rabu (29/1/2020) pagi. Mereka antusias menyambut program menghapus tato gratis yang digelar i-Care mulai 29 hingga 31 Januari 2020.
Bukan pertama kali, kegiatan ini rutin dilakukan i-Care tidak lain untuk mengajak masyarakat untuk berubah jauh lebih baik. Alasan warga bervariasi, mulai dari menyesali perbuatan hingga susah mencari pekerjaan. Namun kebanyakan mengaku ingin menjadi lebih baik dan berhijrah.
Untuk penghapusan tatto dilakukan dengan menggunakan laser. Relawan i-Care Kaltim, Yusrianto menuturkan bahwa penghapusan menggunakan laser ini yang dibenarkan dalam dunia medis, selain daripada itu penggunaan kapur, setrika atau ditusuk kembali dengan metode lain akan merusak kulit.
“Kami sadar bahwa ada anggapan kepada orang bertato itu kriminal, makanya kami hadir untuk mereka. Alhamdulillah antusias masyarakat luar biasa sampai 500, jumlah target kami yang 300 orang pun sudah melebihi kuota,” imbuhnya. (irw//)