Kaltimminutes.co – Mundurnya Hasan Nasbi dari jabatan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (Presidential Communication Officer/PCO) di masa-masa awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menimbulkan pertanyaan soal dinamika internal di lingkaran istana.
Dalam sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @totalpolitikcom, Hasan menyatakan pengunduran dirinya telah diajukan sejak 21 April 2025 dan telah disampaikan kepada dua tokoh kunci kabinet, yakni Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya.
“Surat pengunduran diri saya tanda tangani dan saya kirimkan kepada Presiden melalui dua orang sahabat baik saya,” ujar Hasan.
Alih-alih konferensi pers resmi, Hasan memilih menyampaikan keputusan penting ini melalui platform media sosial. Ia meminta awak media mengutip dari unggahan video Total Politik.
Langkah ini menimbulkan spekulasi, apakah pengunduran diri ini merupakan bagian dari dinamika komunikasi di internal pemerintahan atau sekadar keputusan personal yang telah dipertimbangkan matang.
“Saya tentu harus meminta maaf kepada Presiden jika selama ini pelayanan saya masih jauh dari apa yang beliau harapkan,” ucapnya dalam video berdurasi satu menit lebih itu.
Hasan menutup pernyataannya dengan sinyal kuat bahwa dirinya tak akan mundur dari panggung politik nasional. Ia menyebut akan tetap terlibat dalam isu-isu pemerintahan, meski mungkin hanya sebagai “penonton” atau pengamat dari luar lingkar kekuasaan.
“Sebab meskipun sebagai penonton, aktivitas saya tentu tidak jauh-jauh dari dunia politik dan pemerintahan,” katanya.
Hasan sebelumnya dikenal sebagai sosok yang dekat dengan kalangan politik dan media, serta memiliki peran strategis dalam komunikasi politik pemerintahan. Ia dipercaya oleh Presiden Prabowo sebagai orang pertama yang mengisi jabatan PCO, kantor baru yang dibentuk untuk memperkuat lini komunikasi kepresidenan.
Mundurnya Hasan di awal pemerintahan Prabowo membuka ruang spekulasi terkait konsolidasi internal kabinet, terutama dalam sektor komunikasi yang menjadi ujung tombak citra publik presiden.
Sejumlah pengamat menilai, komunikasi politik istana masih menghadapi tantangan besar, apalagi di tengah tekanan media sosial, ekspektasi publik yang tinggi, dan dinamika relasi koalisi pendukung.
(Redaksi)
