Pariwara

Pemkot Samarinda Kembangkan Proyek AI Lokal, Target Kemandirian Digital Daerah Tahun 2028

35
×

Pemkot Samarinda Kembangkan Proyek AI Lokal, Target Kemandirian Digital Daerah Tahun 2028

Sebarkan artikel ini
POTRET - Sekretaris Dinas Kominfo Samarinda, Suparmin saat membeberkan soal Proyek AI yang digagas Pemkot Samarinda. (pia)

Kaltimminutes.co – Pemerintah Kota (Pemkot)  Samarinda melangkah lebih jauh dalam agenda transformasi digitalnya. Tak sekadar menjadi pengguna teknologi, Pemkot kini membidik kemandirian digital penuh dengan membangun mesin kecerdasan buatan (AI) buatan lokal yang ditargetkan rampung pada tahun 2028.

Langkah ambisius Pemkot Samarinda berangkat dari kesadaran bahwa AI tak hanya menjadi alat bantu kerja birokrasi, melainkan fondasi sistem pemerintahan masa depan.

Saat ini, proyek AI tersebut masih dikembangkan secara in-house oleh tim pemrogram lokal yang bekerja di bawah koordinasi Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Samarinda.

“Kita sedang menyusun modelnya sekarang. Tahun kedua nanti, akan mulai dibuka ke publik,” ujar Sekretaris Diskominfo Samarinda, Suparmin.

Berbeda dengan sistem AI umum yang bersifat terpusat, Pemkot Samarinda berencana membangun infrastruktur AI secara modular. Artinya, akan ada banyak cabang sistem yang masing-masing fokus pada satu layanan atau sektor tertentu.

“Jadi bukan satu mesin dipakai rame-rame. Kita pecah jadi segmentasi. Ada layanan.samarinda.ai, kesehatan.samarinda.ai, pendidikan.samarinda.ai, dan seterusnya,” jelas Suparmin.

Dengan segmentasi ini, masing-masing sektor akan memiliki agen AI yang terlatih secara khusus berdasarkan karakteristik dokumen dan kebutuhan sektoral. Tujuannya, AI tak hanya pintar secara teknis, tetapi juga memahami konteks lokal Pemkot Samarinda.

Saat ini, Pemkot Samarinda masih menggunakan basis teknologi AI dari Amazon untuk menguji akurasi dan efektivitas sistem proyek AI tersebut. Teknologi berbasis cloud tersebut dipilih karena terbukti paling presisi setelah dilakukan berbagai percobaan.

Namun, penggunaan teknologi dari luar ini hanya bersifat sementara sebagai jembatan menuju kemandirian.

“Target utama kita tetap membangun mesin sendiri,” tegas Suparmin.

Proyek AI sepenuhnya dikembangkan di dalam negeri dengan memanfaatkan 20 programmer lokal. Mereka digaji antara Rp5 juta hingga Rp8 juta per bulan dan bekerja penuh waktu mengembangkan sistem, menyusun model, dan mengintegrasikan AI ke dalam sistem pemerintahan.

Total anggaran proyek ini tidak melebihi Rp2 miliar, sebuah angka yang terbilang hemat untuk skala pembangunan sistem AI kota.

“Kita percaya pada talenta lokal. Mereka tidak hanya lebih murah, tapi juga lebih paham dengan tantangan daerah,” ungkapnya.

AI yang tengah dikembangkan ini dirancang untuk memahami dokumen seperti Word dan PDF. Tak perlu input data secara manual, cukup unggah dokumen ke folder sistem, maka agen AI akan membaca, memahami konteks, hingga menghasilkan jawaban atau analisis yang dibutuhkan.

Wali Kota Samarinda dijadwalkan akan mulai menggunakan sistem ini pada Agustus 2025 saat menyusun APBD 2026.

“Pak Wali nanti tinggal tanya, misalnya: ‘berapa panjang jalan yang dibangun tahun 2025?’ dan AI akan menjawab langsung dari KAK (kerangka acuan kerja), tanpa perlu menunggu laporan manual,” jelas Suparmin.

Meski optimistis terhadap manfaat AI, Suparmin mengakui adanya sisi gelap teknologi ini. Ia menyoroti penyalahgunaan AI untuk menyebar hoaks, terutama dalam bentuk suara dan video palsu.

“Yang bahaya itu hoaks pakai AI. Apalagi kalau dibuat oleh pengecut yang sembunyi di balik teknologi,” katanya tegas.

Namun, ia percaya bahwa AI hanya menjadi ancaman jika manusia tidak beradaptasi.

“Kalau SDM kita siap, AI itu bukan musuh, tapi partner kerja terbaik,” tutupnya.

(Redaksi)

 

Example 300250
Example 120x600