Kaltimminutes.co, Samarinda – Ratusan hadirin seketika pecah saat Rocky Gerung mulai berbicara. Terutama saat Tokoh Intelektual Nasional ini membalut kritik pedasnya terhadap pemerintah dengan balutan perumpamaan-perumpamaan nakal, yang memang menjadi ciri khasnya.
Rocky Gerung menjadi pembicara di acara Irwan Legislative Club (ILC), sebuah garapan diskusi publik hasil kerja sama Samarinda TV dan Irwan, Anggota DPR RI asal pemilihan Kaltim. Acara ini digelar di Hotel Haris Samarinda, Minggu malam (1/3/2020).
Pemindahan ibu kota negara (IKN) dari Jakarta ke Kaltim (PPU dan Kukar), menjadi pembahasan panas di dialog publik tersebut.
Kebijakan presiden memindahkan ibu kota negara (IKN) ke Kaltim, mendapat komentar dari Rocky Gerung. Akademisi Universitas Indonesia ini menyindir Presiden Jokowi dan gelar sarjana kehutanan miliknya.
“Pak Jokowi ini sarjana kehutanan, tapi beliau tidak mau tanam pohon di Kalimantan, tapi mau tanam beton,” kata Rocky.
Padahal menurut Rocky, memindahkan ibu kota ke Kaltim, tidak hanya memindahkan pemerintahannya, tapi juga memindahkan kebisingan dan mengundang perkelahian politik.
“Ibu kota negara itu artinya mengundang kebisingan, mengundang perkelahian. Gak ada orang bisa pacaran di suasana perkelahian politik,” Rocky berkelakar.
“Saya ngerti Pak Jokowi punya cara, dia pergi ke salah satu bukit di Canberra. Dia lihat dari situ kota Canberra, bagus nanti itu dibuat di IKN baru di Kalimantan Timur. Presiden liat itu bagus karena Canberra itu kota kosong, isinya cuma pegawai negeri dan mahasiswa. Tidak ada bisnisman bolak balik di situ untuk nyogok. Tapi Indonesia belum sampai segitu kulturnya. Emang kalau IKN dipindahin ke sini, koruptor gak ikutan pindah. Pindah, karena dia mau ketemu orang buat nyogok,” sambungnya.
Kondisi ini menurut Rocky diperparah dengan sorak gembira masyarakat Kaltim menyambut kehadiran IKN di Bumi Etam. Padahal, kualitas Kaltim lebih dari menjadi IKN, tapi juga menjadi ibu kota dunia, untuk keragaman burung, dan ibu kota oksigen untuk dunia.
“Kita hari ini sedang bergembira karena IKN akan dipindahkan ke Kaltim. Kenapa kita gak bilang jadikan Kaltim itu ibu kota dunia, ibu kota burung, ibu kota oksigen gitu. Bukan ibu kota pemerintahan. Ibu kota keajaiban dunia karena ada paru-paru. Itu yang harus kita sosialisasikan bahwa kita berpikir ke depan. Milenial harus melihat itu sebagai kegembiraan baru,” tegasnya.
Rocky Gerung melanjutkan topik bahasannya, Kaltim dikatakannya terlalu lama terbuai dengan penghasilan sektor migas dan batu bara. Padahal, Kaltim memiliki banyak daerah yang banyak berpotensi di bidang pariwisata, terutama wisata alam. Ia mencontohkan Samarinda, sebagai ibu kota Kaltim, memiliki Sungai Mahakam yang romantis.
“Sungai Mahakam dan jembatan selalu menghasilkan nuansa romantis. Tapi itu hanya terjadi bila sepasang kekasih menikmati senja di Sungai Mahakam, ketika industri pariwisata telah bertumbuh. Dia akan menikmati keindahan hidup, kala dia menyaksikan di Sungai Mahakam bukan lalu lintas kapal-kapal pengangkut batu bara. Gak ada romance, orang gak bisa pacaran sambil lihat batu bara gitu,” ungkapnya sambil diiringi tepuk tangan dan gelak tawa ratusan orang yang hadir dalam acara tersebut.
Samarinda harus berbenah, Kota Tepian harus membuat sesuatu yang khas dengan Sungai Mahakam yang membelahnya. Salah satu idenya disampaikan Rocky Gerung, yakni menghasilkan rindu. Sebab Samarinda menurutnya adalah istilah untuk bicara bisnis. Istilah ini bisa diganti dengan Samarindu (sama rindu). Sebuah konsep yang menghadirkan keakraban dan kemesraan.
“Samarinda harus berubah, ia harusnya menghasilkan rindu. Ini disebut ibu kota rindu. Samarinda itu istilah siang hari, kalau malam sama rindu. Itu jualan pertama kan, kalau kita mau hentikan industri ekstraktif, lalu diganti dengan industri yang menghasilkan keakraban dan kemesraan maka akan viral ke mana-mana, yuk ke Samarindu. Samarinda bicara bisnis, kalau Samarindu dia bicara kemesraan,” ungkapnya lagi.
Hal menarik tersaji. Sajian komentar dan pemaparan tiba-tiba dipotong oleh Slamet Broto Soswoyo , Ketua Apindo Kaltim, yang juga hadir sebagai narasumber. Dirinya sempat menyatakan bahwa pemaparan Rocky Gerung carut marut. Slamet bahkan menantang Rocky bila menjadi presiden apa yang akan ia lakukan.
“Komentar anda ini semua carut marut untuk pemerintah aja. Terutama soal IKN, jangan ada memberi virus agar menggagalkan IKN pindah ke Kalimantan Timur. Sekarang saya ingin tahu, kalau anda jadi presiden, apa yang anda pikirkan untuk negara ini, untuk republik Indonesia ini, dengan segala permasalahannya. Kami ingin dengar karena pengusaha ini bisa terpengaruh dengan statement-statement anda. Dan di sini gak ada yang dungu, Bung Rocky ya, mungkin di sana yang dungu, di sini tidak ada yang dungu,” papar Slamet tegas.
Pernyataan Ketua Apindo Kaltim inipun ditanggapi santai oleh Rocky Gerung.
“Ini pertanyaannya kalau saya jadi presiden. Pasti saya akan berbohong lagi, karena saya akan ikuti presiden yang sebelumnya berbohong. Justru tradisi itu mau kita hentikan, supaya jangan tunggu orang jadi presiden untuk mengucapkan kebenaran. Saya gak perlu tunggu jadi presiden untuk mengetahui bahwa setiap semen yang ditanam di ibu kota baru, sekian banyak jenis cacing punah, sedemikian banyak ular kabur dari situ. Dan satu waktu nanti di 100 atau 200 tahun nanti goa-goa yang ada di Sangkulirang itu, bukan tapak tangan tapi lukisan Pinokio,” paparnya.
//
IKN Harapan Atas Ketertinggalan Pembangunan Infrastruktur di Kaltim
Pembahas ILC kembali berlanjut ke narasuber lain. Irwan, Anggota DPR RI menjabarkan tentang ketertinggalan Kaltim di bidang infrastruktur. Pemindahan IKN ke Bumi Etam inipun menjadi harapan baru agar mengejar ketertinggalan pembangunan infrastruktur dari Pulau Jawa.
Saat ini, panjang jalan nasional di Kaltim, hanya 1500 kilometer, angka tersebut hanya 4 persen dari total panjang jalan nasional di Indonesia.
“Kondisi infrastruktur kaltim seperti itu. 1500 kilometer panjang jalan nasional di Kaltim, 4 persen dari infrastruktur jalan nasional. Ketertinggalan ini harus dikejar,” ungkapnya.
Irwan juga menakutkan bahwa APBN yang mengucur hanya akan fokus di kawasan inti IKN, sementara daerah lain di Kaltim mendapat sedikit jatah kue pembangunan dari APBN. Kondisi inilah yang menjadi fokusnya di Komisi V DPR RI.
“Soal percepatan pembangunan infrastruktur di Kaltim menyambut IKN, di kawasan inti pasti banyak mengucur APBN, terus bagaimana di daerah daerah lain di Kaltim. Jangan sampai Aceh dan Papua lebih mudah ke IKN dibanding warga yang berada di Mahakam Ulu,” tegasnya.
Untuk itu, Irwan menyatakan perlu pembahasan bersama antara pihak pemerintah pusat dan daerah, bagaimana 5 tahun pembangunan IKN turut berdampak pada pembangunan di daerah penyangga. Terlebih IKN nantinya akan berbentuk provinsi baru, yang artinya Kaltim akan menjadi provinsi penyangga. Masalah lain adalah, keterwakilan Kaltim di DPR RI hanya berjumlah 8 orang, jumlah ini kecil, karena berpengaruh terhadap kebijakan infrastruktur yang diambil nantinya.
“Harus duduk bersama, kita punya waktu 5 tahun untuk pembangunan di situ, sebelum IKN sudah resmi dipindahkan ke Kaltim. Realitas politik, kebijakan infrastruktur dipengaruhi oleh sebaran anggota DPR. Sementara anggota DPR RI asal pemilihan Kaltim yang duduk di Senayan, hanya berjumlah 8 orang,” pungkasnya. (rkm//)