Kaltimminutes.co, Samarinda — Dalam upaya menuju salah satu dari sepuluh program unggulan Wali Kota Samarinda, Kepala Dinas Perhubungan Kota Samarinda, Hotmarulitua Manalu, menyampaikan pemaparan laporan akhir mengenai penyusunan dokumen pra study kelayakan jaringan jalur rel kereta api dalam kota yang dilaksanakana di Hotel Fugo Jalan Untung Suropati pada Senin (18/12/2023) siang.
Proyek monorel ini menjadi sorotan karena dianggap sebagai langkah maju dalam meningkatkan infrastruktur transportasi.
Menurut Manalu, meskipun istilah yang digunakan adalah monorel, bukan skytrain seperti dalam peraturan perhubungan nomor 11 tahun 2012, namun secara finansial proyek ini tidak sepenuhnya layak. Tetapi, dari segi ekonomi, proyek monorel ini memiliki potensi keuntungan yang cukup besar.
“Dalam tahapan awal, setelah tahap dokumen feasibilitas studi (FS), dilanjutkan dengan survey investigasi desain (SID) atau FS trase. Pentingnya dukungan dari instansi terkait, seperti Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan rekomendasi dari Gubernur, serta penetapan trayek oleh Walikota, menjadi kunci kelanjutan proyek ini,” kata Manalu usai melakukan pemaparan.
Manalu menjelaskan bahwa proyek ini memiliki beberapa tahapan, termasuk dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dan Detailed Engineering Design (DED). Diperkirakan, proyek ini akan beroperasi pada tahun 2030 atau 2031 setelah melalui serangkaian proses yang memakan waktu.
Salah satu pertimbangan penting adalah pemilihan sistem monorel. Ada dua sistem yang diajukan, yaitu elevated dan etgret di bawah,”ucapnya.
Ia berpendapat bahwa sistem elevated mungkin tidak layak secara ekonomi, dan harus dipertimbangkan dengan matang agar proyek ini benar-benar bermanfaat.
Sementara itu Kepala Bidang Lalu Lintas Jalan Dishub Samarinda, Didi Zulyani menambahkan bahwa dari lima alternatif yang ditawarkan, dipilihlah alternatif kelima yang melintasi dari tepian Loa Buah ke tepian Mahakam, menuju Pasar Pagi, dan langsung ke arah Bandara. Keputusan ini didasarkan pada penilaian ekonomi dan kelayakan yang paling tinggi.
“Masih ada kemungkinan munculnya alternatif lain dalam evaluasi berikutnya. Penilaian terhadap manfaat dan pemanfaatan jalur harus terus diperbarui agar dapat memastikan proyek ini benar-benar memberikan dampak positif bagi masyarakat,” ucap Didi.
Dalam mengatasi kendala finansial, proyek monorel ini diajukan sebagai bagian dari skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Namun, kelayakan ekonomi dan finansial harus tetap menjadi fokus utama agar proyek ini dapat menarik minat investor.
Rencana pengembangan jaringan jalur rel kereta api monorel di Kota Samarinda menjanjikan sebuah langkah besar dalam meningkatkan konektivitas dan ekonomi kota.
(*)