Kaltimminutes.co – Wali Kota Samarinda, Andi Harun, melakukan tinjauan lapangan pada Kamis sore (30/01/2025) untuk melihat langsung kondisi banjir yang terjadi di beberapa titik kota.
Lokasi yang dikunjungi mencakup kawasan Pemuda 3, Jembatan PM Noor, dan Perumahan Griya Mukti. Kunjungan ini bertujuan untuk mendalami penyebab banjir serta mencari solusi konkret untuk mengatasi masalah yang sudah lama mengganggu warga.

Andi Harun menjelaskan bahwa banjir yang kerap melanda kawasan Griya Mukti dan sekitarnya disebabkan oleh limpasan air dari daerah Karang Asam.
Hingga saat ini, pembangunan tanggul yang menjadi solusi utama belum sepenuhnya selesai
“Banjir di Griya Mukti dan sekitarnya terjadi akibat limpasan air dari Karang Asam yang belum ada penanganan optimal. Diperkirakan, dana sekitar 900 miliar rupiah dibutuhkan untuk menyelesaikan pembangunan tanggul ini,” ujarnya.
Meskipun tanggul di sekitar Griya Mukti telah selesai dibangun, bagian tanggul yang mengarah ke Jembatan PM Noor belum selesai, yang menyebabkan limpasan air terus terjadi
. Namun, Andi Harun menambahkan bahwa secara umum, genangan air di wilayah Griya Mukti telah berkurang cukup signifikan.
“Genangan air sudah berkurang sekitar 34,85 persen, dari 558 hektare pada 2022 hingga akhir 2024,” ungkapnya.
Andi Harun juga memberikan apresiasi kepada para relawan yang bekerja keras dalam menangani bencana banjir saat ini.
“Kami prihatin dengan bencana banjir yang terjadi, namun hidup harus terus berjalan. Pemerintah bersama DPRD terus bekerja tanpa henti untuk mengendalikan banjir di kota ini,” ujarnya, sembari memberikan semangat kepada para petugas yang ada di lapangan.
Sebagai langkah lanjutan, Wali Kota mengungkapkan bahwa tim yang terdiri dari Badan Wilayah Sungai (BWS), Provinsi Kalimantan Timur, dan Pemkot Samarinda telah dibentuk untuk mempercepat penyelesaian proyek tanggul.
“Kami harapkan minggu depan ada rumusan teknis yang jelas, termasuk kemungkinan untuk mendanai pembangunan tanggul tersebut secara multiyears,” katanya.
Selain itu, Andi Harun juga menyarankan relokasi bagi warga yang tinggal di daerah rawan banjir, seperti di Padang Sungai.
Ia menjelaskan bahwa proses relokasi ini membutuhkan komunikasi yang efektif dan waktu yang cukup agar penanganan sosialnya berjalan lancar, mengingat beberapa warga di daerah tersebut sudah memiliki sertifikat tanah.
Masalah lain yang tak kalah penting adalah pemeliharaan saluran air. Andi Harun menjelaskan bahwa BWS terpaksa melepas air dari Waduk Benanga ke Saluran Karang Asam (SKM) untuk mencegah potensi bencana yang lebih besar.
“Jika air tidak dilepas, saluran bisa jebol dan membahayakan kawasan sekitarnya. Kami harus bertindak cepat dan tepat,” ujarnya.
Dalam menghadapi prediksi curah hujan tinggi yang diperkirakan berlangsung hingga 2 Februari 2025, Andi Harun berharap langkah-langkah pemeliharaan dan pengangkatan sedimentasi di saluran dan waduk dapat mengurangi masalah banjir secara signifikan.
Selain itu, proyek kolam retensi dari Pampang ke Sungai Siring masih terus berlangsung, meski pembebasan lahan yang dibutuhkan baru tercapai sekitar 7 hektare dari total 15 hektare yang diperlukan.
“Kami akan terus berusaha menyelesaikan masalah ini dengan sabar dan kerja keras. Proses ini memang memerlukan waktu, namun kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengatasi masalah banjir di Samarinda,” tutupnya.
(Redaksi)
